Baiti Jannati
Baiti Jannati.. Ya, begitulah aku
menyebut rumahku. Bahkan aku menyimpan nomor telepon rumahku dengan
nama Baiti Jannati. Baiti Jannati secara istilah memiliki arti
Rumahku Surgaku. Hal ini memang terjadi bagiku. Rumah bagai surga
dunia yang selalu aku nantikan setiap aku berada di luar rumah. Yah
bahkan ketika aku sekedar pergi untuk kuliah yang hanya beberapa jam.
Aku selalu merindukan rumahku dan segala isisnya.
Rumah dimana ada ibu yang selalu jadi malaikat bagi hidupku, ada bapa yang selalu jadi penjaga hatiku, ada aa yang selalu jadi peneduh hari-hariku. Pantas rumah adalah surga bagiku. Ada keluarga yang menurutku sempurna selalu menanti ku untuk pulang.
Rumah ku bukan rumah
mewah seperti yang dimiliki teman-temanku. Rumah ku juga bukan rumah
dengan halaman luas seperti impian ku sejak kecil. Namun harus kuakui
rumahku sempurna dengan ruangan yang cukup besar berdesain sederhana
dan barang-barang tua milik ibuku. Kenapa tua? Ya seingatku, ibu
jarang sekali membeli perabotan rumah tangga, ibu selalu
mempertahankan perabotan hingga ia rusak tak bisa dipakai lagi. Ada
sofa tamu yang seingatku dibeli saat aku TK, ada sofa keluarga
warisan nenek, meja tivi yang sejak aku kecil telah ada. Aku pikir
selain keluarga, yaa aku suka rumahku secara fisik dan barang-barang
yang ada di dalamnya.
Baiti Jannati, yaa aku
setuju dan it works. Bukti pertama adalah sejak kecil aku
tidak akan pernah bisa tidur selain dikamar ku. Bayangkan bagaimana
repotnya ibu dan bapa ku saat kami harus menginap dirumah saudara dan
kerabat. Kedua, aku sangat gampang tiba-tiba menangis saat merindukan
keluargaku di rumah. Pernah suatu ketika ada acara perkemahan di
sekolah. Aku menangis sejadi-jadinya saat acara dimulai hanya karena
membayangkan malam ini aku tidak akan melihat keluarga ku. Ketiga,
sejak dahulu sampai aku kuliah S1 aku selalu berusaha mengajak
teman-temanku kerumah ku baik untuk kerja kelompok hingga untuk
urusan menginap bersama teman-teman. Tau kenapa? Karena aku bangga
dengan rumah sederhanaku (narsis). Hhaha. Tak salah memang, banyak
teman-temanku berkata rumahku membuat mereka betah ditambah lagi
keluargaku yang selalu hangat menyambut setiap tamu yang datang.
Yaaaa Baiti Jannati. Aku
menulis ini dipagi hari saat cahaya matahari mulai masuk kamarku di
detik-detik keberangkatan ku menuju negeri yang jauh dari rumahku.
Satu lagi bukti Baiti Jannati, aku menangis saat ini membayangkan
akan meninggalkan rumahku dan segala isinya. Meninggalkan keluargaku
yang sempurna buatku. Meninggalkan kamarku dengan kasur yang meski
telah terasa keras, tapi aku bersikukuh tak mau menggantinya.
Meninggalkan sudut dimana aku bisa berkontempelasi dengan khusuk
kepada Pencipta-ku. It's really hard for leaving my beautiful home.
:(
0 comments