Baiti Jannati

by - 21.8.14


Baiti Jannati.. Ya, begitulah aku menyebut rumahku. Bahkan aku menyimpan nomor telepon rumahku dengan nama Baiti Jannati. Baiti Jannati secara istilah memiliki arti Rumahku Surgaku. Hal ini memang terjadi bagiku. Rumah bagai surga dunia yang selalu aku nantikan setiap aku berada di luar rumah. Yah bahkan ketika aku sekedar pergi untuk kuliah yang hanya beberapa jam. Aku selalu merindukan rumahku dan segala isisnya.





Rumah dimana ada ibu yang selalu jadi malaikat bagi hidupku, ada bapa yang selalu jadi penjaga hatiku, ada aa yang selalu jadi peneduh hari-hariku. Pantas rumah adalah surga bagiku. Ada keluarga yang menurutku sempurna selalu menanti ku untuk pulang.






Rumah ku bukan rumah mewah seperti yang dimiliki teman-temanku. Rumah ku juga bukan rumah dengan halaman luas seperti impian ku sejak kecil. Namun harus kuakui rumahku sempurna dengan ruangan yang cukup besar berdesain sederhana dan barang-barang tua milik ibuku. Kenapa tua? Ya seingatku, ibu jarang sekali membeli perabotan rumah tangga, ibu selalu mempertahankan perabotan hingga ia rusak tak bisa dipakai lagi. Ada sofa tamu yang seingatku dibeli saat aku TK, ada sofa keluarga warisan nenek, meja tivi yang sejak aku kecil telah ada. Aku pikir selain keluarga, yaa aku suka rumahku secara fisik dan barang-barang yang ada di dalamnya.



Baiti Jannati, yaa aku setuju dan it works. Bukti pertama adalah sejak kecil aku tidak akan pernah bisa tidur selain dikamar ku. Bayangkan bagaimana repotnya ibu dan bapa ku saat kami harus menginap dirumah saudara dan kerabat. Kedua, aku sangat gampang tiba-tiba menangis saat merindukan keluargaku di rumah. Pernah suatu ketika ada acara perkemahan di sekolah. Aku menangis sejadi-jadinya saat acara dimulai hanya karena membayangkan malam ini aku tidak akan melihat keluarga ku. Ketiga, sejak dahulu sampai aku kuliah S1 aku selalu berusaha mengajak teman-temanku kerumah ku baik untuk kerja kelompok hingga untuk urusan menginap bersama teman-teman. Tau kenapa? Karena aku bangga dengan rumah sederhanaku (narsis). Hhaha. Tak salah memang, banyak teman-temanku berkata rumahku membuat mereka betah ditambah lagi keluargaku yang selalu hangat menyambut setiap tamu yang datang.



Yaaaa Baiti Jannati. Aku menulis ini dipagi hari saat cahaya matahari mulai masuk kamarku di detik-detik keberangkatan ku menuju negeri yang jauh dari rumahku. Satu lagi bukti Baiti Jannati, aku menangis saat ini membayangkan akan meninggalkan rumahku dan segala isinya. Meninggalkan keluargaku yang sempurna buatku. Meninggalkan kamarku dengan kasur yang meski telah terasa keras, tapi aku bersikukuh tak mau menggantinya. Meninggalkan sudut dimana aku bisa berkontempelasi dengan khusuk kepada Pencipta-ku. It's really hard for leaving my beautiful home. :(


You May Also Like

0 comments