Aksi Palang Merah Remaja dalam Mengenal Gaya Hidup Minim Sampah

by - 8.4.19

Palang Merah Remaja SMP N 43 Bandung dan Tim Trainer YPBB

Gaya hidup minim sampah tak hanya milik orang dewasa. Pengenalan gaya hidup bebas sampah bagi remaja sama berharganya sebagai upaya menyelamatkan masa depan. Kali ini para remaja dari Palang Merah Remaja SMP N 43  Bandung yang dikenalkan dengan gaya hidup minim sampah melalui pelatihan gaya hidup bebas sampah. Kegiatan yang diselenggarakan pada 4 April 2019 di PMI Kota Bandung ini melibatkan YPBB sebagai trainer dan 22 orang anggota PMR. Dengan bergabungnya Palang Merah Remaja kedalam gaya hidup minim sampah menjadi pemicu terciptanya kebersihan dan kecintaan lingkungan di dunia sekolah.

Teh Ochy sebagai pelatih dan pembina PMR SMP N 43 Bandung memaparkan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dalam memelihara lingukngan karena anggota PMR juga memiliki tanggung jawab untuk kesehatan dan kebersihan lingkungan sebagai bagian dari kegiatan Tri Bakti Remaja PMR.

Anilawati Nurwakhidin-Trainer YPBB


Kegiatan ini dibuka oleh  Anilawati Nurwakhidin dengan mengajak para peserta memejamkan mata dan kembali kerumah masing-masing. Mereka diminta menggambarkan kegiatan buang sampah di rumah. Selanjutnya, kegiatan ditujukan untuk memberikan gambaran tentang kondisi dunia persampahan saat ini. Visualisasi sampah di TPA Sari Mukti, di sungai citarum, hingga sampah di lautan mengajak mereka untuk berpikir bahwa sampah yang mereka hasilkan sehari-hari berdampak pada permasalahan sampah saat ini.




Penjelasan disambung oleh Suci Maharani, pemaparan dimulai dengan pertanyaan kenapa kenapa sampah dianggap bermasalah. Para anggota PMR ini kompak menjawab bahwa sampah itu kotor. Fokus kemudian dialihkan kepada pemaparan sampah berbahaya dan dampak kesehatan yang di hasilkan oleh sampah-sampah tersebut.


Suci Maharani-Trainer YPBB

Setelah para peserta muda ini mengenal segala permasalahan yang ditimbulkan sampah, selanjutnya mereka dibagikan ilmu pemilahan sampah oleh Dewi Nopilawati. Para peserta mengikuti permainan pemilahan sampah organik dan anorganik. Peserta mengambil sampah yang dibagikan kemudian mereka akan diminta memasukannya ke kotak yang sesuai dengan jenis sampah. Sesi diskusi bersama kemudian dilakukan agar para peserta yang masih muda ini mendapatkan pemahaman dengan lebih mudah.

Dewi Nopilawati-Trainer YPBB


Pengenalan metode-metode pengolahan sampah organik kemudian dilakukan. Terdapat tujuh metode mudah yang dikenalkan kepada peserta, yaitu lubang kompos, bata terawang, biodigester, pakan ternak, takakura, dan khusus untuk sampah kebun dijadikan biopori. Para peserta pun diajak bergembira melakukan praktik mengompos dengan takakura untuk memberikan aktivitas produktif bagi mereka sekaligus menanamkan nilai bahwa mengompos itu hal yang mudah. Dengan begini, para peserta bisa bermain sekaligus belajar memanfaatkan sampah di rumah.

Praktik Pengomposan dengan Takakura


Pada bagian penutup, Ibu Maria mengajak peserta untuk berpindah dari aktivitas membuang sampah menjadi mencegah  sampah. Ibu Maria menganjurkan peserta untuk membawa botol minum sendiri sebagai langkah awal mencegah sampah. Sampah botol minum meskipun bisa di daur ulang, namun pencegahan sampah harus menjadi prioritas. Ibu Maria memberikan kesimpulan bahwa terdapat ”3 ah” dalam pengelolaan sampah, yaitu cegah, pilah, dan olah.
Maria Endang - Trainer YPBB


Pelatihan ini adalah langkah edukatif dalam penuntasan masalah sampah yang mudah diterapkan. Pengenalan konsep dan praktik minimalisasi sampah pada remaja usia sekolah memberdayakan mereka untuk dapat terlibat aktif menularkan semangat ini pada keluarga dan lingkungan sekolah. Sebagai sebuah perubahan positif, satu hal yang harus di tekankan bahwa setiap perubahan kecil bisa membuat perbedaan yang besar dalam pengelolaan sampah.

You May Also Like

0 comments