Memahami Hakikat Kehidupan Akhirat
Kajian Majelis Percikan Iman
Hari/Tanggal: Minggu, 9 Oktober 2016
Tempat: Masjid Agung Transstudio Bandung
Pukul: 08.00-11.00
Ustad Aam Amiruddin
Kehidupan akhirat adalah bagian dari non-science studi oleh karena tidak didasarkan
pada pengalaman empirik. Selain itu kahidupan akhirat diyakini oleh iman dan
tidak dapat dirasakan secara langsung oleh indera lahir. Pintu masuk kehidupan
akhirat dimulai dari kiamat sugro (kematian). Kematian adalah
langkah awal perteman kita dengan Allah karena sesudah inilah semua perbuatan
dan semua yang diusahakan oleh manusia akan dibukakan dan ditunjukkan kepada
kita untuk dihitung apakah termasuk pada amal kebaikan atau amal keburukan. Berdasarkan Q.s. Al Imron:185, Al-Anbiya:35,
dan Al-Ankabut:29: Setiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Allah menciptakan hidup bagi makhluk
beriringan dengan kematiannya. Dengan kata lain kematian adalah hal yang pasti
dialami oleh setiap makhluk yang diberikan hidup termasuk manusia. Tak terkecuali
dengan Rasulullah SAW. Bahkan Rasul pun mengalami sakit menjelang sakaratul
mautnya.
Berikut ini adalah petikan kisah
menjelang kematian Rasulullah SAW yang dipaparkan oleh Ust Aam Amiruddin
berdasarkan hadits:
Rasulullah SAW mengalami penurunan
kesehatan semenjak kepulangan Beliau dari haji di umur yang ke-63 tahun.
Rasulullah masih dapat menjalankan shaum assyura di tanggal 10 Muharram. (Pada
saat itu Rasul bersabda bahwa jika umurnya sampai hingga tahun depan maka
beliau akan berpuasa juga pada 9 Muharram). Penurunan kesehatan Rasulullah SAW
diikuti oleh sakit kepala yang sangat hebat hingga Rasulullah SAW mengikat
kepalanya untuk meringankan sakitnya. Dalam keadaan sakit Rasulullah
mengumpulkan para sahabat dan muslimin untuk memberikan khutbah.
Rasulullah SAW berkata pada para sahabat&muslimin bahwa Rasulullah SAW
merasa bahwa mereka tidak akan melihat/bertemu Rasulullah SAW lagi. Maka Jika
ada yang pernah "dicubit" oleh
Rasulullah SAW maka "cubitlah" Beliau sekarang. Jika ada yang hartanya "dirampas" oleh Rasulullah SAW maka "ambilah" hartanya sekarang. Jika ada yang pernah "dihinakan" oleh Rasulullah SAW maka "hinakan" Beliau sekarang. Rasulullah SAW
sudah tahu bahwa mereka akan merasa segan padanya maka beliau meneruskan dengan
berkatan “orang yang paling disukai oleh Rasulullah SAW adalah orang yang
berani mengambil haknya". Setelah selesai berkhutbah, Rasulullah SAW mengimani
solat magrib. Namun ketika tiba waktu isya, Rasulullah SAW sudah tidak kuat
menjadi imam. Sambil berbaring Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat
apakah mereka sudah solat. Para sahabat menjawab “belum Ya Rasul. Kami
menunggumu.” Rasulullah SAW mengulangi pertanyaannya hingga tiga kali pada tiga
waktu berbeda. Sampai akhirnya Rasulullah SAW menyuruh Abu Bakar menjadi imam
solat dan Bilal untuk segera Ikamah. Abu Bakar pun berdiri dimimbar milik
Rasulullah SAW namun pada saat solat tidak terdengar bacaan solat Abu Bakar
karena yang terdengar hanyalah isak tangis dari Abu Bakar.
Kondisi Rasulullah SAW belum membaik hingga
Rasulullah SAW belum dapat mengimami solat Subuh dan Dzuhur dikeesokkan
harinya. Tiba waktu Ashar Rasulullah SAW pun keluar dari rumahnya menuju ke
tempat solat dengan dipapah oleh Abbas. Rasulullah SAW sangat bercahaya kala
itu dan terlihat lebih segar. Solat Ashar inilah yang menjadi solat terakhir yang diimami oleh Rasulullah SAW. Setelah selesai menjadi imam
Rasulullah kembali ke rumahnya. Dengan ditemani oleh Aisyah dan Fatimah sambil berbaring
Rasulullah SAW membasuh mukanya dengan air dari bejana seraya membaca dzikir
Lailahailallah. Fatimah kemudian menangis tersedu-sedu hingga Rasulullah
mengusap-usapnya dan memberikan amanat untuk menjaga solat dan menjalankan
amanah yang ada di pundak kalian. Akhirnya disinilah akhir perjalanan
Rasulullah SAW di dunia dan memulai awal langkahnya di Akhirat.
Hikmah yang dapat diambil adalah
Rasulullah SAW yang sudah dijamin masuk surga oleh Allah SWT merasa kesakitan
saat sakaratul maut. Apalagi kita yang sebagai manusia biasa yang tidak ada
jaminan masuk surga. Demikian penjelasan mengenai kematian sebagai gerbang
kehidupan akhirat. Semua umat manusia pasti akan didatangi oleh maut tanpa
terkecuali.
Semoga kita sebagai umat Rasulullah SAW tidak termasuk kedalam orang-orang yang
lalai dalam menyiapkan kematian sehingga kita selalu siap menghadapi kematian
dengan bekal iman dan amal shalih. AAMIIN
Wa’llahu Alam Bisawab
0 comments