Memahami Hakikat Kehidupan Akhirat

by - 25.10.16

Kajian Majelis Percikan Iman
Hari/Tanggal: Minggu, 9 Oktober 2016
Tempat: Masjid Agung Transstudio Bandung
Pukul: 08.00-11.00
Ustad Aam Amiruddin

Kehidupan akhirat adalah bagian dari non-science studi oleh karena tidak didasarkan pada pengalaman empirik. Selain itu kahidupan akhirat diyakini oleh iman dan tidak dapat dirasakan secara langsung oleh indera lahir. Pintu masuk kehidupan akhirat dimulai dari kiamat sugro (kematian). Kematian adalah langkah awal perteman kita dengan Allah karena sesudah inilah semua perbuatan dan semua yang diusahakan oleh manusia akan dibukakan dan ditunjukkan kepada kita untuk dihitung apakah termasuk pada amal kebaikan atau amal keburukan. Berdasarkan Q.s. Al Imron:185, Al-Anbiya:35, dan Al-Ankabut:29: Setiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Allah menciptakan hidup bagi makhluk beriringan dengan kematiannya. Dengan kata lain kematian adalah hal yang pasti dialami oleh setiap makhluk yang diberikan hidup termasuk manusia. Tak terkecuali dengan Rasulullah SAW. Bahkan Rasul pun mengalami sakit menjelang sakaratul mautnya.

Berikut ini adalah petikan kisah menjelang kematian Rasulullah SAW yang dipaparkan oleh Ust Aam Amiruddin berdasarkan hadits:
Rasulullah SAW mengalami penurunan kesehatan semenjak kepulangan Beliau dari haji di umur yang ke-63 tahun. Rasulullah masih dapat menjalankan shaum assyura di tanggal 10 Muharram. (Pada saat itu Rasul bersabda bahwa jika umurnya sampai hingga tahun depan maka beliau akan berpuasa juga pada 9 Muharram). Penurunan kesehatan Rasulullah SAW diikuti oleh sakit kepala yang sangat hebat hingga Rasulullah SAW mengikat kepalanya untuk meringankan sakitnya. Dalam keadaan sakit Rasulullah mengumpulkan para sahabat dan muslimin untuk memberikan khutbah. Rasulullah SAW berkata pada para sahabat&muslimin bahwa Rasulullah SAW merasa bahwa mereka tidak akan melihat/bertemu Rasulullah SAW lagi. Maka Jika ada yang pernah "dicubit" oleh Rasulullah SAW maka "cubitlah" Beliau sekarang. Jika ada yang hartanya "dirampas" oleh Rasulullah SAW maka "ambilah" hartanya sekarang. Jika ada yang pernah "dihinakan" oleh Rasulullah SAW maka "hinakan" Beliau sekarang. Rasulullah SAW sudah tahu bahwa mereka akan merasa segan padanya maka beliau meneruskan dengan berkatan “orang yang paling disukai oleh Rasulullah SAW adalah orang yang berani mengambil haknya". Setelah selesai berkhutbah, Rasulullah SAW mengimani solat magrib. Namun ketika tiba waktu isya, Rasulullah SAW sudah tidak kuat menjadi imam. Sambil berbaring Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat apakah mereka sudah solat. Para sahabat menjawab “belum Ya Rasul. Kami menunggumu.” Rasulullah SAW mengulangi pertanyaannya hingga tiga kali pada tiga waktu berbeda. Sampai akhirnya Rasulullah SAW menyuruh Abu Bakar menjadi imam solat dan Bilal untuk segera Ikamah. Abu Bakar pun berdiri dimimbar milik Rasulullah SAW namun pada saat solat tidak terdengar bacaan solat Abu Bakar karena yang terdengar hanyalah isak tangis dari Abu Bakar.
Kondisi Rasulullah SAW belum membaik hingga Rasulullah SAW belum dapat mengimami solat Subuh dan Dzuhur dikeesokkan harinya. Tiba waktu Ashar Rasulullah SAW pun keluar dari rumahnya menuju ke tempat solat dengan dipapah oleh Abbas. Rasulullah SAW sangat bercahaya kala itu dan terlihat lebih segar. Solat Ashar inilah yang menjadi solat  terakhir yang diimami oleh Rasulullah SAW. Setelah selesai menjadi imam Rasulullah kembali ke rumahnya. Dengan ditemani oleh Aisyah dan Fatimah sambil berbaring Rasulullah SAW membasuh mukanya dengan air dari bejana seraya membaca dzikir Lailahailallah. Fatimah kemudian menangis tersedu-sedu hingga Rasulullah mengusap-usapnya dan memberikan amanat untuk menjaga solat dan menjalankan amanah yang ada di pundak kalian. Akhirnya disinilah akhir perjalanan Rasulullah SAW di dunia dan memulai awal langkahnya di Akhirat.


Hikmah yang dapat diambil adalah Rasulullah SAW yang sudah dijamin masuk surga oleh Allah SWT merasa kesakitan saat sakaratul maut. Apalagi kita yang sebagai manusia biasa yang tidak ada jaminan masuk surga. Demikian penjelasan mengenai kematian sebagai gerbang kehidupan akhirat. Semua umat manusia pasti akan didatangi oleh maut tanpa terkecuali.


Semoga kita sebagai umat Rasulullah SAW tidak termasuk kedalam orang-orang yang lalai dalam menyiapkan kematian sehingga kita selalu siap menghadapi kematian dengan bekal iman dan amal shalih. AAMIIN

Wa’llahu Alam Bisawab


You May Also Like

0 comments